Sejarah Konflik Sambas Melayu Vs Madura - Kalimantan Barat adalah salah satu daerah yang kerap mengalami konflik antar etnis. Konflik-konflik ini telah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Salah satu Konflik yang terjadi di Kalimantan Barat adalah konflik antara Melayu sambas dan Madura. Kita sering mendengar konflik ini disebut dengan Konflik sambas. Terdapat banyak versi mengenai awal mula konflik berkepanjangan ini. Salah satunya yaitu versi yang mengatakan bahwa awal peristiwa dilatar belakangi kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku melayu.
Konflik berlanjut hingga tahun 1999 yang merupakan konflik terbesar sebagai akumulasi dari kejengkelan suku Dayak dan Melayu terhadap ulah oknum-oknum pendatang dari Madura. Saat itu 200 orang Madura menyerang Desa Parit Setia setelah usai sholad Ied. Akibatnya 3 orang etnis Melayu tewas. Peristiwa ini menimbulkan kemarahan luar biasa di kalangan warga Melayu. Dan akhirnya menimbulkan gelombang serangan balasan terhadap pemukiman Madura di daerah-daerah lain. Akibatnya secara keseluruhan usai Konflik 1999, data resmi menunjukan bahwa konflik ini menyebabkan 401 jiwa meninggal dunia dan pengungsian 58.544 orang Madura dari Kab. Sambas. Sampai saat ini Konflik ini diselesaikan pemerintah dengan cara memindahkan etnis Madura dari wilayah Kab. Sambas ke Kotamadya Pontianak dan Kota Singkawang.
|
Sejarah Konflik Sambas Melayu Vs Madura |
Kondisi ini menyebabkan hingga saat ini, etnis Madura belum bisa kembali ke daerah asalnya di Sambas. Ini disebabkan terjadinya penolakan keras dari warga etnis Melayu di Sambas bila warga Madura hendak kembali. Meski tidak resmi terdapat batas wilayah perbatasan yang boleh dilewati oleh orang Madura ke Sambas, mereka tidak pernah bisa memasukinya.
Sejarah Awal Mula Terjadinya Konflik Sambas 1999
Salah satu penyebab timbulnya kerusuhan adanya perbedaan social dan budaya dan banyak hal lain yang menjadi pemicu terjadinya kerusuhan, salah satu contoh:
1. Seorang etnis Madura yang di duga hendak mencuri di rumah seorang warga. Tersangka pencuri ini kemudian ditangkap dan dipukuli oleh warga. Sementara menurut versi etnis Madura, tidak ada orang Madura yang mau mencuri. Yang terjadi adalah 3 orang pemuda Madura yang dalam keadaan mabuk berat kemudian diturunkan oleh tukang ojek di Parit Setia. Kemudian menggedor pintu rumah warga dan berbicara kasar kepada pemilik rumah. Sewaktu orang-orang ini membuka bajunya dalam di mereka mengeluarkan clurit. Karena ketakutan warga lalu berteriak maling. Seorang diantara mereka tertangkap dan dihajar masa. (lokasi kejadian di kecamatan jawai) Peristiwa berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2 orang luka-luka.(Issu yang terdengar ada sekitar 2-3 mobil truk yang menyerang perkampungan melayu di Pasar Parit Setia Jawai.pada saat kejadian itu 3 orang melayu tewas, Untuk mengenang peristiwa ini maka dibangunlah “Tugu Ketupat Berdarah” Melayu kalah telak dan setelah puas menyincang-nyincang tubuh mangsanya maka pasukan lawan pulang membawa kemenagannya. Lebaran itu adalah lebaran pahit di tanah sambas.
Berhubung suasana lebaran walaupun begitu mencekam maka kabar ini meluas dengan cepat ke seluruh pelosok sambas ditambah bumbu-bumbu penyedap yang semakin menyulut api semakin membara maka luka-luka terpendam selama berpuluh-puluh tahun terasa sakit kembali bahkan begitu perih melebihi sakit saat pertama luka hingga memunculkan kesepakatan tak tertulis di seluruh jiwa sambas "Tunggu kau bikin ulah lagi, kami tak akan pernah memaafkanmu".
2. Tak lama kemudian terjadi pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos. (Lokasi kejadian di sekitar semparuk) Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu dibantu suku Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan pengrusakan. Ini terjadi di malam harinya setelah kejadian kenek angkot diatas. Pada awalnya massa berkumpul dipasar semparuk untuk mengkonfirmasi kejadian kenek angkot tersebut. Berkaca dari kasus jawai ; karena biasanya setelah terjadi baku hantam antar 2 suku maka suku lawan akan balas menyerang. Maka dalam sekejap massa berkumpul mencapai ribuan orang di sekitar semparuk menghadapi serangan lawan dengan perlengkapan seadanya. Karena lawan yang ditunggu-tunggu tidak juga datang menyerang maka massa yang tak tertahankan emosinya menghancurkan beberapa kediaman suku lawan. Oleh karena massa berjumlah ribuan orang maka situasi tak dapat dikendalikan, pengrusakan hingga pembakaran terjadi hampir diseluruh kediaman warga madura yang berdomisili di semparuk.
Konflik berkepanjangan antara suku Melayu dibantu suku Dayak melawan suku Madura ternyata bukannya menemui jalan penyelesaian namun sebaliknya semakin memanas. Perselisihan di antara dua kubu seperti tidak berkesudahan, dendam yang melekat pada suku-suku tersebut semakin lama semakin besar. Pemerintah pun belum menemukan jalan yang tepat untuk mendamaikan suku yang bertikai. Sebagai akumulasi pertikaian tersebut, pecahlah kerusuhan besar-besaran di Kabupaten Sambas pada tahun 1999. Konflik besar yang memberikan dampak luar biasa bagi kehidupan masyarakat Sambas bahkan masyarakat Kalimantan Barat.
Kronologis Kerusuhan sambas 1999
Secara umum kerusuhan yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu merupakan pengulangan yang ke sekian kalinya dari berbagai kerusuhan yang pernah terjadi sebelumnya. Diketahui berdasarkan fakta bahwa sudah terjadi 9 kali konfilk antara suku dayak dan Madura yakni tahun 1933, 1967, 1969, 1971, 1972, 1977, 1986, 1996 ,dan 1997. Konflik ini timbul di perkirakan antara gesekan atau perselisihan yang bersifat individu antara ke2 suku yang berbeda sehingga dengan sangat cepat menyebar dan menjadi kerusuhan yang melibatkan massa dari ke2 etnik yang berbeda.
Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1999 merupakan kerusuhan yang pertama kalinya antara suku melayu sambas dengan Madura.timbulnya konflik ini pun karena perselisihan yang bersifat individu antara suku melayu Sambas dengan Madura. Disamping itu suku Madura mempunyai beberapa tingkatan solidaritas,yaitu solidaritas keluarga,kampung,regional kabupaten,suku bangsa,dan agama islam.Rasa kesolidaritas yang sangat kuat ini mengarah ke rasa kesukuan yang berarti negatif maupun positif .salah satu rasa solidaritas yang bersifat negatif yaitu budaya Carok yang dimana perkelahian menggunakan senjata tajam yang terjadi secara individu maupun secara kelompok.
Jika budaya ini di gunakan untuk melawan suku lain,maka hal ini membuat suku lain berpandangan bahwa suku Madura mudah membunuh orang,mudah tersinggung,cepat curiga dan pendendam. Sedangkan suku melayu suku yang tenang,penuh tolerasi dan menerima secara terbuka kedatangan orang Madura. Sifat-sifat yang dimiliki melayu ini lah yang diperkirakan dapat meredam suku Madura yang keras dan agresif.
Dampak Positif dari Kerusuhan Sambas
- Hubungan sosial antar kelompok etnis, khususnya diantara ketiga kelompok yang ada saat ini berjalan harmonis dan saling menunjang.
- Hubungan sosial sesudah terjadinya reformasi dan meredanya kerusuhan Sambas, telah meninggalkan dampak positif terhadap kelompok etnis Melayu Sambas, antara lain adanya solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota kelompok Melayu Sambas, hal ini terjadi sebagai akibat dari perlakuan yang mereka terima, keterhimpitan dan keterhinaan yang mereka rasakan sebelumnya dari komunitas Madura.
- Dapat menjaga sikap atau perilaku berdasarkan norma-norma yang berlaku serta menghindarkan diri dari sifat-sifat egoisme serta selalu mengutamakan kepentingan orang banyak.
- Tidak bertindak emosional, tanggap terhadap upaya perorangan atau kelompok yang ingin memecah belah ikatan persaudaraan yang telah terbina, serta tidak mudah terpancing isu-isu yang menyesatkan ataupun membuat kekacauan.
- Dapat memahami, menaati dan menumbuhkan terus saling pengertian, menghormati adat istiadat/budaya dimanapun berada.
Dampak Negatif dari Kerusuhan Sambas
- Perilaku anarkis dari warga masyarakat seperti merusak, menganiaya bahkan membunuh, seakan sudah merupakan sesuatu hal yang biasa, padahal hal tersebut bertentangan dengan norma hukum, agama dan adat-istiadat baik dalam kelompok etnis Melayu maupun dalam kelompok etnis Dayak.
- Ribuan pengungsi yang berjejalan di tempat-tempat penampungan. Lebih dari 28 ribu pengungsi asal suku Madura memenuhi tempat penampungan yang tersebar di Pontianak.
- Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari, meninggal dunia 489 orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang, rumah dibakar dan dirusak (3.833), mobil dibakar/dirusak (12) dan motor (9), masjid/madrasah dirusak/dibakar (8), sekolah dirusak (2), gudang dirusak (1) dan warga Madura mengungsi 29. 823 orang.
Demikianlah materi tentang Sejarah Konflik Sambas : Melayu Vs Madura yang sempat kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Sejarah Tragedi Sampit, Dayak Vs Madura yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Jangan lupa tinggalkan komentar..!!!!