Sejarah Asal Usul Batik Indonesia - Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah ”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
A. Pengertian Batik
Kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad 18 atau awal abad 19. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad 20 dan batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak
Industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional
Yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
B. Sejarah Asal Usul Batik Indonesia
Sejarah batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak batik berusia lebih 2000 tahun pernah ditemui. Dari manapun asalnya, hasil seni ini telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Pemakaian batik dalam busana tradisi mempunyai sejarah yang lama berlangsung dari zaman awal tamadun Melayu. Dipakai oleh semua golongan, dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik dijadikan sebagai seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi penulisan kain cindai misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik menjadi hadiah perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam dan dijadikan tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
C. Perkembangan Batik Di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.
Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke 20 dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
D. Motif Batik Di Indonesia
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
E. Proses Pembuatan Batik
Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pewarnaan, pemberiaan malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai keinginan atau tetap bewarna putih sebelum kemudian diberi malam. Proses pemberian mala mini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan aatau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam, pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (waxresist). mSetelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan dengan beberapa warna yang diinginkan.
Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai, maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang telah menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebuasan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam dengan air dingin lalu dijemur.
Alat-alat Untuk Membuat Batik / Perlengkapan Membatik
Terdapat beberapa hal yang harus kita persiapkan dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat batik tulis, diantaranya adalah.
1. Kain Mori
Kain mori adalah bahan baku batik yang bias terbuat dari katun, sutera, polyster, rayon dan bahan sintesis yang lainnya. Warna kain mori adalah putih. Kualitas kain ini beragam, dan setiap kualitasnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Kain mori yang akan dipakai sebelummnya dipilih (dijahit pada bekas potongan) terlebih dahulu supaya benang pakan tidak terlepas. Setelah dipilit, lalu kain dicuci dengan air tawar hingga bersih.
2. Canting
Canting adalah untuk membatik, yang terabuat dari bahan tembaga dan bamboo. Canting dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna. Canting dipergunakan untuk menulis atau membuat motif-motif batik yang diinginkan.
Canting terdiri dari cucuk (saluran kecil) nyamplungan dan gagang terong. Lubang cucuk bermacam-macam, ada yang besar dan kecil. Banyaknya cucukpun beragam ada yang satu cucuk, dua cucuk, tiga cucuk.
3. Gawangan
Gawangan adalah alay untuk menyangkutkan dan membentangkan kain mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bamboo. Gawangan ini harus dibuat sedemikian rupa agar mudah dipindah-pindahkan, kuat dan ringan.
4. Lilin
Lilin adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Penggunakan lilin untuk membatik berbeda dengan lilin yang biasa. Lilin untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan.
5. Wajan
Wajan adalah alat untuk mencairkan lilin atau malam. Wajan terbuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. Wajan yang terbuat dari tanah liat, tangkainya tidak mudah panas, tapi agak lambat memanaskan malam. Sedangkan wajan yang terbuat dari logam, tangkainya mudah panas, tetapi cepat memanaskan malam.
6. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan kain mori yang baru dibattik agar tidak mudah bergeser tertiup angin, atau ketarik si pembatik secara tidak sengaja
7. Anglo
Anglo adalah perapian yang terbuat dari tanah liat sebagai pemanas malam. Bahan bakarnya adalah arang kayu. Selain menggunakan anglo, kompor juga bias digunakan untuk memanaskan malam, bahan bakar kompor adalah minyak.
8. Tepas
Tepas adalah alat untuk membesarkan api, yang terbuat darin bambu. Selain tepas, dapat menggunakan kipas angin untuk membesarkan api
9. Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha sipembatik supaya tidak kena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. Taplak biasanya terbuat dari kain bekas.
10. Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang, sehingga tidak menganggu jalnnya malam pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
11. Dingklik
Dingklik adalah tempat duduk untuk pembatik
a) Proses Pembuatan Batik Tulis
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis, yaitu :
- Tahap pertama atau disebut juga proses pebatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki ditas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil.
- Tahap kedua, yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola yang telah ada pada kedua sisi (bolak-balik)
- Tahap ketiga, yaitu menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap bewarna putih (tidak bewarna)
- Tahap keempat, yaitu proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu
- Tahap kelima, setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan
- Tahap keenam, setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutupi bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama
- Kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
- Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutup lilin (menggunakan alat canting untuk menahan warna pertama kedua )
- Proses membauka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompelksitas motif yang diinginkan.
- Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut kemudian mengeringkannya dengan cara menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
b) Proses Pembuatan Batik Cap
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik cap, yaitu :
- Pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dengan dicap / dicetak dengan menggunakan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.
- Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
- Setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan
- Setelah kering, kembali melakukan proses pembarikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewaranaan yang pertama
- Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua
- Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
- Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua
- Proses membuka dan mentutup lilin malam dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna kompleksitas motif yang diinginkan
- Proses terkahir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dan dengan menjermurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
c) Proses Pembuatan Batik Printing
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik printing, yaitu :
- Pembuatan pola dan motif yang diinginkan diatas kain putih (sutera) dengan disablon / diprint menggunakan alat cetak sablon (plankon)
- Tahapn selanjutnya seperti proses pertama untuk pewarnaan kedua dan juga sebagai kombinasi motif batik, proses ini dapat dilakukan berulang kali sesuai batik yang diinginkan
- Lalu dilanjutkan dengan menjemur atau mengerinkan kain tersebut dibawah terik matahari jika ada atau dapat juga dengan diletakan diatas tungku / oven khusus
- Setelah kering kain tersebut dicuci untuk melekatkan dan menguatkan warna pada kain, kemudian dijemur kembali. Proses pembalikan dapat selesai sampai tahap ini, tetapi untuk batik yang lebih rumit dan kompleks dapat melakukan tahap selanjutnya
- Kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada proses pencelupan warna
- Kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna
- Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
- Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
F. CONTOH BATIK
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis.
batik Pekalongan |
Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang bervariasi, dengan kombinasi yang dinamis.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
2. Batik Mega Mendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah dibanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe.
Batik Mega Mendung |
Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina. Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina. Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik motif Truntun
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik.
Batik motif Truntun |
Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.
4. Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan.
Batik Jlamprang |
Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pengantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan. Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).
Batik Pengantin motif Sido Asih |
Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka harapan akan Masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur. Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan
pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga. Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumahtangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif Batik Tiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya.
Batik Tiga Negeri |
Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo. Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.
7. Batik Pagi Sore
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain.
Batik Pagi Sore |
Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain kebaya untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.
Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
a. Batik Tulis
Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
b. Batik Cap
Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
c. Batik Lukis
Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Demikianlah materi tentang Sejarah Asal Usul Batik Indonesia yang sempat kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Sejarah Asal Usul Gerakan Pramuka yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar…!!!